Mengenal Ikan Patin Secara Detail (Catfish)
Mengenal Ikan Patin jenis ikan konsumsi air tawar yang gampang dibudidayakan. Terutama dijadikan sebagai koleksi untuk ikan hias baik jenis ikan hias akuarium maupun ikan hias aquascape.
Tak hanya itu, kini ikan patin menjadi ciri khas makanan yang banyak dicari semua kalangan. Aneka olahan ikan patin juga dimanfaatkan sebagai ajang perjuangan maupun resep dapur kelurga. Maka tak heran bila kini ini terkenal sekali orang penasaran dan mengenal ikan patin beserta gambarnya.
Budidaya patin relatif gampang lantaran patin termasuk jenis ikan yang gampang dipelihara, sanggup hidup serta tumbuh di kolam yang airnya tergenang (tidak mengalir), serta minim oksigen.
Patin juga cukup responsif terhadap dukungan pakan tambahan. Pada acara budidaya, dalam waktu 6 bulan, ikan patin bisa mencapai ukuran konsumsi dengan panjang 35-40 cm.
Kemampuan patin berada di lokasi yang minim oksigen lebih disebabkan adanya alat bantu pernafasan berjulukan labirin yang bisa menangkap oksigen dari udara sehingga tidak ada kekhawatiran patin mengalami kekurangan oksigen.
Namun, pertumbuhan dan perkembngan ikan patin tetap akan lebih cepat dan sehat bila dipelihara pada lingkungan budidaya yang memenuhi persyaratan ideal, diantaranya cukup akan kandungan oksigen.
Nama ikan patin disetiap tempat atau daerah berbeda-beda. Di Negara asalnya, patin siam diberi nama pla sawai, di Vietnam disebut ca tre yu, dan di Kamboja disebut trey pra. Sementara itu, di malaysia patin siam selain disebut ikan patin, juga disebut ikan lawang, martinus, dan tikol.
Sedangkan di Indonesia, selain dinamankan ikan patin, disebut juga jambal, pangasius, lele bangkok (jawa), patin kunyit (Riau), dan ikan juara (Sumatra dan Kalimantan). Dalam bahasa Inggris, patin siam disebut catfish, river catfish, atau striped catfish.
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin (Catfish)
Mengenal ikan patin menurut klasifikasinya, taksonomi (klasifikasi morfologi) ikan patin sanggup dijabarkan sebagai berikut:
Filum : Chordata (Hewan bertulang belakang)
Kelas : Pisces (bangsa ikan yang bernafas dengan insang)
Sub Kelas : Teleostei (Ikan bertulang keras)
Ordo (bangsa) : (rongga perut kepingan atasnya mempunyai tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang disebut tulang weber)
Sub-Ordo : Siluroidea (Bentuk tubuhnya memanjang, tidak bersisik, dan berkulit licin)
Famili : Pangasidae (Memiliki bentuk tubuh agak pipih dan tidak bersisik).
Genus : Pangasius.
Jenis-Jenis Ikan Patin yang Populer Dipelihara
Jenis ikan patin yang umum dijumpai di pasaran hingga dikala ini yaitu patin lokal dan patin siam.
Patin lokal merupakan patin orisinil Indonesia yang berasal dari sungai--sungai besar di Sumatera, Kalimantan, dan pulau Jawa. Sementara itu, patin siam atau bangkok berasal dari Thailand.
Terdapat beberapa kerabat patin lokal yang berada di perairan umum Indonesia, diantaranya pangasius jambal, pangasius macronema, pangasius micronemus, pangasius nasutus, pangasius niewenhuisii, pangasius humeralis, pangasius lithostoma.
Diantara jenis-jenis patin lokal tersebut, yang berpeluang menjadi komoditas ekspor yaitu patin jambal (Pangasius djambal Bleeker) lantaran mempunyai daging yang putih.
Morfologi Ikan Patin (Catfish)
Menganal ikan patin secara umum, ikan patin mempunyai tubuh licin, tidak bersisik, serta mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan pipih. Warna tubuh patin pada kepingan punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan di kepingan perut putih keperak-perakan.
Kepala ikan patin berbentuk simetris, lebar dan pipih, hampir ibarat mirip ikan lele. Matanya terletak agak ke bawah. Di perairan umum, panjang ikan patin bisa mencapai 120 cm.
Mulut ikan patin agak lebar dan terletak di ujung kepala agak ke bawah (sub-terminal). Pada sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut atau kumis yang berfungsi sebagai alat peraba pada dikala berenang ataupu mencari makan.
Keberadaan kumis menjadi ciri khas dari ikan golongan catfish.
Tubuh ikan patin terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Bagian kepala mulai dari ujung lisan hingga simpulan tutup insang. Bagian tubuh mulai dari simpulan tutup insang hingga pangkal sirip anal.
Sementara kepingan ekor dimulai dari sirip anal hingga ujung ekor. Sirip ekor ikan patin berbentuk ibarat gunting(bercagak) dan simetri.
Ikan patin mempunyai 5 sirip, yaitu sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (ventral vin), sebuah sirip punggung (dorsal fin), sebuah sirip dubur (anal fin), dan sebuah ekor (caudal fin).
Selain 5 sirip tersebut, patin juga mempunyai sirip yang tidak dimiliki ikan lain, yaitu sirip pelengkap (adipose fin) yang terletak diantara sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 6-7 buah jari-jari lunak.
Sirip dubur patin cukup panjang, yakni mulai dari belakang dubur hingga pangkal sirip ekor serta mempunyai 30-33 jari-jari lunak.
Pada sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak. Sedangkan pada sirip dada terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 12-13 jari-jari lunak.
Habitat dan Penyebaran Ikan Patin
Mengenal ikan patin merupakan sebuah keharusan sebelum melaksanakan budidaya. Ikan patin banyka dijumpai pada habitat atau lingkungan hidup berupa perairan air tawar, yakni di waduk, sungai-sungai besar, dan muara muara sungai.
Patin lebih banyak menetap di dasar perairan daripada di permukaan. Di Indonesia, patin tersebar di perairan pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Sementara di luar Indonesia, patin dan kerabatnya tersebar di perairan Thailand, Vietnam, Cina, Kamboja, Myanmar, Laos, Burma, India, Taiwan, dan Malaysia.
Bila sebelumnya ikan patin hanya dikenal dan digemari oleh segelintir masyarakat di pulau Sumatera dan Kalimantan, dikala ini ikan patin telah banyak dijumpai dan di budidayakan di Pulau Jawa, bahkan di daerah Indonesia Timur.
Oleh lantaran itu, bisa dibilang penyebaran ikan patin sudah hampir meliputi seluruh wilayah di tanah air.
Daerah-daerah di Indonesia yang berpotensi menjadi daerah komoditas ikan patin antara lain Sumatera, Selatan, Lampung, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat.
Berdasarkan jenis pakannya, patin digolongkan sebagai jenis ikan yang bersifat omnivora (pemakan segala). Namun, pada fase larva, patin bersifat kanibalisme. Yaitu mempunyai sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri.
Jika kekurangan pakan, larva patin tidak segan-segan memangsa kawannya sendiri. Oleh lantaran itu, ketika masih dalam keadaan tahap larva, dukungan pakan dihentikan terlambat.
Pada acara budidaya, makanan ikan patin akan berubah sejalan dengan pertambahan umur dan perkembangannya.
Larva patin berumur 0-2 hari, belum diberi pakan pelengkap lantaran masih mempunyai makanan berupa kuning telur (yolk) yang menmpel di perut.
Umur 2-7 hari, larva pati diberi pakan telur artemia Sp. Umur 7-15 hari, larva patin diberi pakan cacing sutera atau Tubifex sp. Sementara itu, benih patin mulai umur 15-30 hari sudah sanggup diberikan pakan pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40%.
Di habiatat aslinya, patin memakan ikan-ikan kecil, cacing, udang-udangan, moluska, serangga, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis pakannya yang bermacam-macam tersebut, patin dikategorikan sebagai ikan pemakan segala (karnivora).
Namun demikian, pakan buatan (pelet) merupakan makanan yang terbaik dan mutlak diberikan bagi ikan patin yang dibudidayakan secara intensif.
Pakan buatan pabrik atau pelet memang mempunyai kualitas yang terjamin dengan kandungan nutrsi yang lengkap sehingga sangat baik untuk perkembangan dan pertumbuhan patin yang optimal.
Namun, yang menjadi pertimbangan bila memakai pakan buatan parik yaitu harganya yang relatif mahal. Ikan patin termasuk salah satu ikan yang rakus terhadap makanan tambahan.
Pada pembudidayaan, dalam umur enam bulan saja, ikan patin bisa mencapai panjang ukuran antara 35 - 40 cm.
Untuk menekan biaya produksi akhir harga pakan yang mahal, ikan patin sanggup diberikan pakan berupa pelet ikan buatan sendiri serta pakan pelengkap lainnya.
Contoh pakan pelengkap bagi ikan patin yaitu ikan rucah, limbah pemindangan ikan, limbah peterakan ayam atau burung puyuh, contohnya bangkai yang dibakar, sisa telur yang tidak menetas, keong mas, dan belatung.
Demikian inilah sedikit ulasan ihwal mengenal ikan patin secara detail, supaya bermanfaat dan selamat mencoba untuk membudidayakannya dengan hasil yang maksimal.
Sumber: Panduan Lengkap Agribisnis Patin
Tak hanya itu, kini ikan patin menjadi ciri khas makanan yang banyak dicari semua kalangan. Aneka olahan ikan patin juga dimanfaatkan sebagai ajang perjuangan maupun resep dapur kelurga. Maka tak heran bila kini ini terkenal sekali orang penasaran dan mengenal ikan patin beserta gambarnya.
Mengenal Ikan Patin Secara Detail Beserta Gambarnya
Ikan patin yaitu salah satu jenis ikan dari kelompok lele-lelean (catfish) yang menjadi salah satu komoditas unggulan ikan air tawar. Hal ini lantaran patin mempunyai pangsa pasar yang cukup besar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Budidaya patin relatif gampang lantaran patin termasuk jenis ikan yang gampang dipelihara, sanggup hidup serta tumbuh di kolam yang airnya tergenang (tidak mengalir), serta minim oksigen.
Patin juga cukup responsif terhadap dukungan pakan tambahan. Pada acara budidaya, dalam waktu 6 bulan, ikan patin bisa mencapai ukuran konsumsi dengan panjang 35-40 cm.
Kemampuan patin berada di lokasi yang minim oksigen lebih disebabkan adanya alat bantu pernafasan berjulukan labirin yang bisa menangkap oksigen dari udara sehingga tidak ada kekhawatiran patin mengalami kekurangan oksigen.
Namun, pertumbuhan dan perkembngan ikan patin tetap akan lebih cepat dan sehat bila dipelihara pada lingkungan budidaya yang memenuhi persyaratan ideal, diantaranya cukup akan kandungan oksigen.
Nama ikan patin disetiap tempat atau daerah berbeda-beda. Di Negara asalnya, patin siam diberi nama pla sawai, di Vietnam disebut ca tre yu, dan di Kamboja disebut trey pra. Sementara itu, di malaysia patin siam selain disebut ikan patin, juga disebut ikan lawang, martinus, dan tikol.
Sedangkan di Indonesia, selain dinamankan ikan patin, disebut juga jambal, pangasius, lele bangkok (jawa), patin kunyit (Riau), dan ikan juara (Sumatra dan Kalimantan). Dalam bahasa Inggris, patin siam disebut catfish, river catfish, atau striped catfish.
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin (Catfish)
Mengenal ikan patin menurut klasifikasinya, taksonomi (klasifikasi morfologi) ikan patin sanggup dijabarkan sebagai berikut:
Filum : Chordata (Hewan bertulang belakang)
Kelas : Pisces (bangsa ikan yang bernafas dengan insang)
Sub Kelas : Teleostei (Ikan bertulang keras)
Ordo (bangsa) : (rongga perut kepingan atasnya mempunyai tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang disebut tulang weber)
Sub-Ordo : Siluroidea (Bentuk tubuhnya memanjang, tidak bersisik, dan berkulit licin)
Famili : Pangasidae (Memiliki bentuk tubuh agak pipih dan tidak bersisik).
Genus : Pangasius.
Jenis-Jenis Ikan Patin yang Populer Dipelihara
Jenis ikan patin yang umum dijumpai di pasaran hingga dikala ini yaitu patin lokal dan patin siam.
Patin lokal merupakan patin orisinil Indonesia yang berasal dari sungai--sungai besar di Sumatera, Kalimantan, dan pulau Jawa. Sementara itu, patin siam atau bangkok berasal dari Thailand.
Terdapat beberapa kerabat patin lokal yang berada di perairan umum Indonesia, diantaranya pangasius jambal, pangasius macronema, pangasius micronemus, pangasius nasutus, pangasius niewenhuisii, pangasius humeralis, pangasius lithostoma.
Diantara jenis-jenis patin lokal tersebut, yang berpeluang menjadi komoditas ekspor yaitu patin jambal (Pangasius djambal Bleeker) lantaran mempunyai daging yang putih.
Morfologi Ikan Patin (Catfish)
Menganal ikan patin secara umum, ikan patin mempunyai tubuh licin, tidak bersisik, serta mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan pipih. Warna tubuh patin pada kepingan punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan di kepingan perut putih keperak-perakan.
Kepala ikan patin berbentuk simetris, lebar dan pipih, hampir ibarat mirip ikan lele. Matanya terletak agak ke bawah. Di perairan umum, panjang ikan patin bisa mencapai 120 cm.
Mulut ikan patin agak lebar dan terletak di ujung kepala agak ke bawah (sub-terminal). Pada sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut atau kumis yang berfungsi sebagai alat peraba pada dikala berenang ataupu mencari makan.
Keberadaan kumis menjadi ciri khas dari ikan golongan catfish.
Tubuh ikan patin terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Bagian kepala mulai dari ujung lisan hingga simpulan tutup insang. Bagian tubuh mulai dari simpulan tutup insang hingga pangkal sirip anal.
Sementara kepingan ekor dimulai dari sirip anal hingga ujung ekor. Sirip ekor ikan patin berbentuk ibarat gunting(bercagak) dan simetri.
Ikan patin mempunyai 5 sirip, yaitu sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut (ventral vin), sebuah sirip punggung (dorsal fin), sebuah sirip dubur (anal fin), dan sebuah ekor (caudal fin).
Selain 5 sirip tersebut, patin juga mempunyai sirip yang tidak dimiliki ikan lain, yaitu sirip pelengkap (adipose fin) yang terletak diantara sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 6-7 buah jari-jari lunak.
Sirip dubur patin cukup panjang, yakni mulai dari belakang dubur hingga pangkal sirip ekor serta mempunyai 30-33 jari-jari lunak.
Pada sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak. Sedangkan pada sirip dada terdapat 1 jari-jari keras (patil) dan 12-13 jari-jari lunak.
Habitat dan Penyebaran Ikan Patin
Mengenal ikan patin merupakan sebuah keharusan sebelum melaksanakan budidaya. Ikan patin banyka dijumpai pada habitat atau lingkungan hidup berupa perairan air tawar, yakni di waduk, sungai-sungai besar, dan muara muara sungai.
Patin lebih banyak menetap di dasar perairan daripada di permukaan. Di Indonesia, patin tersebar di perairan pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Sementara di luar Indonesia, patin dan kerabatnya tersebar di perairan Thailand, Vietnam, Cina, Kamboja, Myanmar, Laos, Burma, India, Taiwan, dan Malaysia.
Bila sebelumnya ikan patin hanya dikenal dan digemari oleh segelintir masyarakat di pulau Sumatera dan Kalimantan, dikala ini ikan patin telah banyak dijumpai dan di budidayakan di Pulau Jawa, bahkan di daerah Indonesia Timur.
Oleh lantaran itu, bisa dibilang penyebaran ikan patin sudah hampir meliputi seluruh wilayah di tanah air.
Daerah-daerah di Indonesia yang berpotensi menjadi daerah komoditas ikan patin antara lain Sumatera, Selatan, Lampung, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat.
Kebiasaan Makan Ikan Patin
Mengenal ikan patin dikala makan itu perlu sekali dketahui. Patin mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder).Berdasarkan jenis pakannya, patin digolongkan sebagai jenis ikan yang bersifat omnivora (pemakan segala). Namun, pada fase larva, patin bersifat kanibalisme. Yaitu mempunyai sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri.
Jika kekurangan pakan, larva patin tidak segan-segan memangsa kawannya sendiri. Oleh lantaran itu, ketika masih dalam keadaan tahap larva, dukungan pakan dihentikan terlambat.
Pada acara budidaya, makanan ikan patin akan berubah sejalan dengan pertambahan umur dan perkembangannya.
Larva patin berumur 0-2 hari, belum diberi pakan pelengkap lantaran masih mempunyai makanan berupa kuning telur (yolk) yang menmpel di perut.
Umur 2-7 hari, larva pati diberi pakan telur artemia Sp. Umur 7-15 hari, larva patin diberi pakan cacing sutera atau Tubifex sp. Sementara itu, benih patin mulai umur 15-30 hari sudah sanggup diberikan pakan pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40%.
Di habiatat aslinya, patin memakan ikan-ikan kecil, cacing, udang-udangan, moluska, serangga, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis pakannya yang bermacam-macam tersebut, patin dikategorikan sebagai ikan pemakan segala (karnivora).
Namun demikian, pakan buatan (pelet) merupakan makanan yang terbaik dan mutlak diberikan bagi ikan patin yang dibudidayakan secara intensif.
Pakan buatan pabrik atau pelet memang mempunyai kualitas yang terjamin dengan kandungan nutrsi yang lengkap sehingga sangat baik untuk perkembangan dan pertumbuhan patin yang optimal.
Namun, yang menjadi pertimbangan bila memakai pakan buatan parik yaitu harganya yang relatif mahal. Ikan patin termasuk salah satu ikan yang rakus terhadap makanan tambahan.
Pada pembudidayaan, dalam umur enam bulan saja, ikan patin bisa mencapai panjang ukuran antara 35 - 40 cm.
Untuk menekan biaya produksi akhir harga pakan yang mahal, ikan patin sanggup diberikan pakan berupa pelet ikan buatan sendiri serta pakan pelengkap lainnya.
Contoh pakan pelengkap bagi ikan patin yaitu ikan rucah, limbah pemindangan ikan, limbah peterakan ayam atau burung puyuh, contohnya bangkai yang dibakar, sisa telur yang tidak menetas, keong mas, dan belatung.
Demikian inilah sedikit ulasan ihwal mengenal ikan patin secara detail, supaya bermanfaat dan selamat mencoba untuk membudidayakannya dengan hasil yang maksimal.
Sumber: Panduan Lengkap Agribisnis Patin
0 Response to "Mengenal Ikan Patin Secara Detail (Catfish)"
Posting Komentar