Budidaya Infusoria Pakan Alami Burayak Ikan
Budidaya Infusoria Infusoria yakni salah satu kelas dari filum protozoa. Dalam kelas infusoria ini kita mengenal sub kelas Ciliata, yaitu kelompok binatang – binatang bersel satu yang berbulu – bulu getar (silia).
Beberapa jenis Ciliata yang sering kita jumpai antara lain yakni paramae cium caudatum, Colpoda cucullus, Didinium nasutum, dan Colpidium campylum.
Infusoria umumnya hidup di air tawar, contohnya di sawah – sawah yang banyak jeraminya. Naumn, ada juga diantaranya yang hidup di air laut.
Banyak yang sudah kultur infusoria ini dengan kol dan kentang serta sawi yang pribadi ditempatkan dalam wadah toples dan bejana yang agak besar tanpa starter.
Makanan infusoria sendiri terdiri dari bakteri, protozoa lainnya yang lebih kecil, ganggang renik, regi, dan detritus yang halus.
Oleh lantaran itu sebelum melaksanakan budidaya infusoria, sahabat sanggup mengetahui bahwa ia ini penghuni perairan – perairan yang tercemar, yang sedang mengalami pembusukan yang hebat.
Bentuknya ibarat sandal, sehingga dinamakan juga sebagai binatang sandal. Seluruh permukaan tubuhnya berbulu – bulu getar, sehingga sanggup bergerak – gerak dengan lincahnya.
Mulutnya berupa suatu lekukan pada ujung badan yang lancip.
Colpoda tubuhnya sedikit pipih, cembung pada bab punggung, dan datar pada bab perutnya. Lubang lisan sel mengarah ke depan, yang dikelilingi oleh bulu – bulu getar.
Dinium berbentuk agak berbulat panjang, dengan bulu getar yang tersusun dalam rangkaian. Ujung depan tubuhnya memiliki bangunan ibarat kerucut yang menonjol.
Pada pucuk kerucut tersebut, terdapat mulutnya. Colpidium berbentuk lonjong, dengan lubang lisan sel terletak di tengah – tengah tubuh.
Infusoria berkembangbiak dengan 2 macam cara, yaitu dengan pembelahan sel dan dengan konyugasi.
Pembelahan sel merupakan cara perkembangbiakan yang cepat pada kondisi lingkungan yang baik.
Sedangkan konyugasi merupakan selingan diantara pembelahan sel yang telah berlangsung secara terus – menerus.
Rupa – rupanya cara konyugasi ini merupakan suatu penyegaran sesudah infusoria makin usang makin loyo dengan aktivitas membelah dirinya.
Pada perkembangbiakan cara konyugasi, dua sel induk infusoria saling menempel, yang kemudian diikuti oleh pertukaran dan pembauran inti sel.
Pembibitan Infusoria
Sebelum budidaya infusoria berlanjut, bibit infusoria (khususnya ciliata) sanggup kita peroleh dari alam. Caranya kita lakukan dengan alat pipet yang panjang, berujung halus, dan berbola penyedot yang besar.
Karena infusoria suka berenang – renang bebas diantara akar – akar tanaman air (terate, enceng gondok, kiambang, dan lainnya), lagi pula tidak suka pada sinar matahari langsung, maka pencariannya kita lakukan di daerah yang banyak tanaman air yang teduh.
Dengan alat pipet, kita menyedot air di sarang – sarang infusoria. Air yang telah kita sedot kemudian kita tampung di botol.
Apabila kita menghendaki kepadatan yang tinggi, maka airnya perlu kita saring dulu dengan kain sutera.
Selanjutnya air yang bersangkutan kita amati dengan mikroskop, untuk mengetahui ada tidaknya bibit infusoria yang terbawa dikala menyedot dengan pipet.
Untuk mempermudah pengamatan infusoria (ciliate) yang bergerak – gerak lincah itu, maka gerakannya perlu kita hambat dulu. Untuk itu kita sanggup memakai serabut kapas, serabut kertas lensa, semoga – agar, selatin, atau tragakan.
Selanjutnya kita sanggup kita tularkan dalam media penangkaran, semoga tumbuh menjadi lebih banyak.
Penangkaran Infusoria
Untuk penangkaran bibit infusoria tersebut, kita sanggup memakai media air rebusan jerami.
Media tersebut kita buat dengan merebus 70 g jerami kering yang telah kita potong dalam air suling selama 15 menit.
Setelah cuek kemudian kita saring dengan kain belacu atau kain halus lainnya. Air saringan yang kita sanggup selanjutnya kita encerkan lagi dengan air suling hingga tersisa ½ liter.
Selain median penangkaran infusoria dengan jerami, juga sanggup memakai rebusan kacang panjang, rebusan kecambah (kacang hijau), rebusan daun selada, atau air beras.
Untuk wadah 1 liter, dan 1 galon kita masih sanggup memakai air rebusan jerami atau lainnya sebagai medium.
Sedangkan untuk wadah yang lebih besar, untuk air mediumnya kita gunakan air mentah saja, tanpa direbus, alasannya yakni apabila kita rebus, sedangkan jumlahnya cukup banyak, maka kita akan kesulitan.
Apabila kita ingin budidaya infusoria di dalam wadah 200 liter, atau 1 ton, maka:
Misalnya saja burayak ikan lele. Apabila medium budidaya hingga berbau busuk, maka perlu kita lakukan penggantian air.
Air yang usang kita buang dengan selang secara bertahap, yang kemudian kita masukkan air gres (dengan selang juga), hingga volume kembali ibarat pada semula lagi.
Inilah beberapa langkah cara budidaya infusoria pakan burayak ikan alami. Semoga sanggup menawarkan tanggapan pencarian Anda dan selamat mencoba dengan keberhasilan yang maksimal.
Bantu share lagi ya jikalau bermanfaat..
Beberapa jenis Ciliata yang sering kita jumpai antara lain yakni paramae cium caudatum, Colpoda cucullus, Didinium nasutum, dan Colpidium campylum.
Infusoria umumnya hidup di air tawar, contohnya di sawah – sawah yang banyak jeraminya. Naumn, ada juga diantaranya yang hidup di air laut.
Banyak yang sudah kultur infusoria ini dengan kol dan kentang serta sawi yang pribadi ditempatkan dalam wadah toples dan bejana yang agak besar tanpa starter.
Makanan infusoria sendiri terdiri dari bakteri, protozoa lainnya yang lebih kecil, ganggang renik, regi, dan detritus yang halus.
Oleh lantaran itu sebelum melaksanakan budidaya infusoria, sahabat sanggup mengetahui bahwa ia ini penghuni perairan – perairan yang tercemar, yang sedang mengalami pembusukan yang hebat.
Budidaya Infusoria Pakan Burayak Ikan Alami
Paramaeccium relative berukuran besar, yaitu sepanjang 80 – 350 mikron. Dengan mata telanjang, Nampak ibarat bintik putih yang bergerak – gerak.Bentuknya ibarat sandal, sehingga dinamakan juga sebagai binatang sandal. Seluruh permukaan tubuhnya berbulu – bulu getar, sehingga sanggup bergerak – gerak dengan lincahnya.
Mulutnya berupa suatu lekukan pada ujung badan yang lancip.
Colpoda tubuhnya sedikit pipih, cembung pada bab punggung, dan datar pada bab perutnya. Lubang lisan sel mengarah ke depan, yang dikelilingi oleh bulu – bulu getar.
Dinium berbentuk agak berbulat panjang, dengan bulu getar yang tersusun dalam rangkaian. Ujung depan tubuhnya memiliki bangunan ibarat kerucut yang menonjol.
Pada pucuk kerucut tersebut, terdapat mulutnya. Colpidium berbentuk lonjong, dengan lubang lisan sel terletak di tengah – tengah tubuh.
Infusoria berkembangbiak dengan 2 macam cara, yaitu dengan pembelahan sel dan dengan konyugasi.
Pembelahan sel merupakan cara perkembangbiakan yang cepat pada kondisi lingkungan yang baik.
Sedangkan konyugasi merupakan selingan diantara pembelahan sel yang telah berlangsung secara terus – menerus.
Rupa – rupanya cara konyugasi ini merupakan suatu penyegaran sesudah infusoria makin usang makin loyo dengan aktivitas membelah dirinya.
Pada perkembangbiakan cara konyugasi, dua sel induk infusoria saling menempel, yang kemudian diikuti oleh pertukaran dan pembauran inti sel.
Pembibitan Infusoria
Sebelum budidaya infusoria berlanjut, bibit infusoria (khususnya ciliata) sanggup kita peroleh dari alam. Caranya kita lakukan dengan alat pipet yang panjang, berujung halus, dan berbola penyedot yang besar.
Karena infusoria suka berenang – renang bebas diantara akar – akar tanaman air (terate, enceng gondok, kiambang, dan lainnya), lagi pula tidak suka pada sinar matahari langsung, maka pencariannya kita lakukan di daerah yang banyak tanaman air yang teduh.
Dengan alat pipet, kita menyedot air di sarang – sarang infusoria. Air yang telah kita sedot kemudian kita tampung di botol.
Apabila kita menghendaki kepadatan yang tinggi, maka airnya perlu kita saring dulu dengan kain sutera.
Selanjutnya air yang bersangkutan kita amati dengan mikroskop, untuk mengetahui ada tidaknya bibit infusoria yang terbawa dikala menyedot dengan pipet.
Untuk mempermudah pengamatan infusoria (ciliate) yang bergerak – gerak lincah itu, maka gerakannya perlu kita hambat dulu. Untuk itu kita sanggup memakai serabut kapas, serabut kertas lensa, semoga – agar, selatin, atau tragakan.
Selanjutnya kita sanggup kita tularkan dalam media penangkaran, semoga tumbuh menjadi lebih banyak.
Penangkaran Infusoria
Untuk penangkaran bibit infusoria tersebut, kita sanggup memakai media air rebusan jerami.
Media tersebut kita buat dengan merebus 70 g jerami kering yang telah kita potong dalam air suling selama 15 menit.
Setelah cuek kemudian kita saring dengan kain belacu atau kain halus lainnya. Air saringan yang kita sanggup selanjutnya kita encerkan lagi dengan air suling hingga tersisa ½ liter.
Selain median penangkaran infusoria dengan jerami, juga sanggup memakai rebusan kacang panjang, rebusan kecambah (kacang hijau), rebusan daun selada, atau air beras.
- Sediakan bibit infusoria
- Ambil larutan air hasil rebusan 10 ml
- Kemudian encerkan air menjadi 100 ml
- Masukkan dalam wadah cawan petri (Petridis)
- Masukkan bibit infusoria (ciliate)
- Lalu tutup dengan kain sutera
- Suhu ideal 28 derajat C
- Tunggu 1 – 2 minggu, maka hasilnya akan berkembang banyak.
Budidaya Infusoria secara Massal
Dalam hal ini sanggup melakukannya melakui penangkaran bertahap, yaitu berturut – turut melalui penangkaran di dalam wadah 1 liter, 1 galon, 200 liter, dan jadinya 1 ton.Untuk wadah 1 liter, dan 1 galon kita masih sanggup memakai air rebusan jerami atau lainnya sebagai medium.
Sedangkan untuk wadah yang lebih besar, untuk air mediumnya kita gunakan air mentah saja, tanpa direbus, alasannya yakni apabila kita rebus, sedangkan jumlahnya cukup banyak, maka kita akan kesulitan.
Apabila kita ingin budidaya infusoria di dalam wadah 200 liter, atau 1 ton, maka:
- Wadah diisi air mentah
- Masukkan potongan jerami atau rumput kering
- Tambahkan daun selada atau kulit pisang kering
- Airnya kita beri aerasi.
- Tunggu selama 1 minggu
- Maka akan tumbuh bakteri, cendawan, dan ganggang (semua materi organik)
- Bahan organic tersebut sebagai makanan infusoria (ciliata)
- Kemudian masukkan bibit infusoria (ciliata)
- Biarkan 1 ahad biasanya akan berkembang sendiri dengan ditandai oleh berubahnya air menjadi keputih – putihan.
Misalnya saja burayak ikan lele. Apabila medium budidaya hingga berbau busuk, maka perlu kita lakukan penggantian air.
Air yang usang kita buang dengan selang secara bertahap, yang kemudian kita masukkan air gres (dengan selang juga), hingga volume kembali ibarat pada semula lagi.
Inilah beberapa langkah cara budidaya infusoria pakan burayak ikan alami. Semoga sanggup menawarkan tanggapan pencarian Anda dan selamat mencoba dengan keberhasilan yang maksimal.
Bantu share lagi ya jikalau bermanfaat..
0 Response to "Budidaya Infusoria Pakan Alami Burayak Ikan"
Posting Komentar