Sistem Budidaya Ikan Nila Banyak Untung
Sistem Budidaya Ikan Nila lokasi budidaya.
Nila sanggup mengikuti keadaan dalam banyak sekali tempat dan lokasi. Budidaya di waduk buatan atau di danau dengan sistem keramba jaring apung (KJA) merupakan yang paling banyak diterapkan oleh petani.
Sementara itu, pemeliharaan ikan nila sebagai ikan konsumsi di sungai umumnya dilakukan dengan sistem keramba bambu.
Di perairan kolam air tawar, ikan nila juga banyak dibudidayakan di kolam air deras, kolam tanah dengan air diam, dan di sawah dengan sistem mina padi.
Sementara di sepanjang garis pantai, umumnya ikan nila ditebar di tambak air payau bekas udang atau ikan bandeng.
Berikut ini beberapa sistem budidaya ikan nila yang dilakukan di banyak sekali tempat, dan sanggup sahabat pilih mana yang merupakan gampang serta sanggup menghemat biaya pemeliharaan.
Budidaya Ikan Nila di Keramba Jaring Apung (KJA)
Sistem budidaya ikan nila keramba jaring apung (KJA) merupakan tempat budidaya ikan nila yang paling disukai petani.
Sistem budidaya dilakukan petani di kawasan sekitar waduk atau danau, baik danau buatan maupun danau alami.
Selain memelihara ikan nila, para petani KJA biasanya juga memelihara ikan lain, ibarat karper, bawal, ikan mas, dan ikan gurami.
Kelebihan Budidaya Ikan Nila Sistem KJA
Salah satu kelebiahan Sistem budidaya ikan nila keramba jaring apung (KJA) yakni ketersediaan air sepanjang waktu dan pemanenan yang sangat mudah.
Petani sanggup melaksanakan budidaya setiap dikala dan tidak terganggu dikala ekspresi dominan kemarau.
Selain itu, tidak ada jeda waktu untuk pengeringan dan pengolahan tanah. Pemanenan di sistem KJA juga sangat mudah.
Petani hanya perlu mengangkat jaring dan pribadi mengambil ikan nila yang siap panen untuk dijual.
Setelah ikan nila dipanen, beberapa dikala kemudian petani sudah sanggup menebar benih lagi.
Walau panen biasanya tergantung dari ajakan konsumen terhadap ukuran panen ikan (misal 3 kg/ekor). Pemeliharaannya sanggup mencapai 3 – 8 bulan.
Sistem pemeliharaan di KJA umumnya sama dengan di keramba tanam atau di kolam air tawar. Sistem tersebut mencakup pinjaman pakan, penebaran benih, dan waktu panen.
Kelemahan Budidaya Ikan Nila Sistem KJA
Salah satu kerugian atau kelemahan sistem budidaya ikan nila di KJA yakni risiko kerusakan jaring ibarat jaring sobek yang sanggup meloloskan ikan sehingga petani kehilangan hasil panen.
Risiko budidaya sitem KJA lainnya terjadi wabah penyakit di danau atau wadah tempat KJA, waktu penularan menjadi sangat cepat ke semua lokasi pemeliharaan lainnya.
Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Bambu
Selain budidaya ikan nila di KJA, pemeliharaan ikan nila juga banyak dilakukan di keramba bambu.
Berbeda dengan sistem KJA yang pemeliharaannya dilakukan di danau atau waduk, sistem keramba bambu biasanya dilakukan di sungai atau kali.
Di beberapa sungai, pemeliharaan keramba tanam hanya sanggup dilakukan pada dikala ekspresi dominan kemarau ketika air surut dengan cara dihentikan menenggelamkan keramba.
Jika tenggelam, ikan menjadi kekurangan oksigen dan sulit dikala memperlihatkan pakan.
Banyak petani menjadi budidaya ikan nila sistem keramba bambu hanya sebagai sampingan atau hobi yang menghasilkan keuntungan.
Proses Awal Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Bambu
Pada walnya sistem budidaya ikan nila, petani menciptakan keramba bambu berbentuk kota sesuai kebutuhan. Bahan dasar bambu yang dibenamkan dalam tanah di dasar sungai.
Kedalaman yang ditanam sanggup mencapai 2 meter. Benih ditebar di dalam keramba dan diberi pakan setiap hari.
Keuntungan Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Bambu
Selain ketersediaan air yang selalu ada, laba lain sistem budidaya ikan nila di keramba bambu yakni tidak membutuhkan biaya sewa lahan serta pembuatn keramba relatif gampang dan murah.
Risiko Budidaya Ikan Nila di Keramba Bambu
Salah satu akhirnya kalau memelihara ikan nila di sistem keramba bambu dalah janjkematian alasannya limbah yang dibuang di sungai, penyebaran penyakit yang relatif cepat, dan lolosnya ikan pada keramba yang telah lapuk.
Budidaya Ikan Nila sistem Kolam Air Deras
Sistem budidaya ikan nila air deras terbesar berada di daeraj Jawa Barat, dari kawasan menengah sampai dataran tertinggi.
Selain ikan nila, petani juga biasanya memlihara jenis ikan konsumsi lain, ibarat ikan mas, ikan gurami, karper, ikan bawal, dan ikan patin.
Sitem pemeliharaan ikan nila sistem air deras dinilai lebih intensif dibandingan dengan sistem lain.
Budidaya sistem air deras ini biasanya sudah dibangun secara permanen atau semi permanen yang berfungsi untuk menjaga keawetan kolam, khususnya tanggul, pembuangan air.
Kelebihan Budidaya Ikan Nila Sistem Air Deras
Kelebihan pemeliharaan ikan nila sistem air deras yakni ketersediaan air higienis yang sepanjang waktu.
Sedangkan kelemahannya, kalau ada serangan penyakit akan cepat menyebar lewat pemikiran air.
Perbedaan sistem keramba jaring apung dan keramba tanam dibandingkan dengan kolam air yakni dikala jeda sehabis panen.
Pada kolam air deras, sehabis panen perlu mengeringkan kolam dan mengolah lahan kembali.
Kerena itu, ada perhiasan biaya waktu dibandingkan dengan sistem KJA dan keramba bambu.
Budidaya Ikan Nila Sistem Kolam Tanah Air Tawar
Selain di kolam air deras, sistem budidaya ikan nila juga dilakukan di kolam tanah air tawar atau kolam air diam.
Artinya, ikan nila dipelihara di kolam tanah yang debit airnya sangat sedikit atau kadang tidak ada air mengalir.
Namun, prinsip dalam budidaya masih memakai air yang berada di kolam pemeliharaan.
Kolam air membisu dibentuk dengan cara menggali tanah dengan luas tertentu sampai terbentuk kolam. Kolam air membisu jenisnya tidak permanen ibarat kolam air deras.
Pasalnya, debit airnya sangat sedikit. Kolam peeliharaan dengan air kecil relatif lebih tahan usang dan tidak terlalu merusak tanggul.
Debit air yang kecil berkhasiat untuk mengumpulakn plankton di dalam kolam sehingga membantu substitusi pakan.
Budidaya Ikan Nila di Tambak
Saat ini sistem budidaya ikan nila, juga mulai banyak dibudidayakan di tambak air payau di pesisir pantai.
Tidak hanya di Pulau jawa, pemeliharaan ikan nila di tambak ini banyak dilakukan di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.
Petani yang memelihara di tambak biasanya tidak menciptakan tambak gres untuk budidaya ikan nila, tetapi memanfaatkan tambak bekas pemeliharaan udang atau bandeng.
Maraknya pemanfaatan tambak air payau untuk budidaya ikan nila mulai banyak dilakukan sehabis bisnis budidaya udang dan bandeng mengalami banyak kerugian.
Awalnya, petani menganggap ikan nila liar yang masuk dalam tambak sebagai hama dan memakan anakan bandeng dan udang.
Namun, kini mereka mulai melirik ikan nila sebagai komoditas utama budidaya untuk menggantikan bandengn dan ikan udang.
Kelebihan budidaya ikan nila di tambak air payau menurut uji coba yakni pertumbuhan ikan nila lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila yang dipelihara di air tawar.
Berat ikan nila yang dibudidayakan di tambak air payau dengan memelihara intensif pada umur 2 – 3 bulan sanggup mencapai 200 kg/ekor dengan ukuran 5 – 8 cm.
Sementara itu, untuk mencapai berat yang sama, pemelihara ikan nila di kolam atau danau air tawar membutuhkan waktu sekitar 4 bulan.
Kelemahan Budidaya Ikan Nila Sistem Tambak Air Payau
Salah satu kelemahannya memelihara nila di tambak yakni risiko kadar garam air tambak yang terlampau tinggi.
Jika kadar garam terlalu tinggi (lebih dari 25 ppm), ikan nila tua terkena penyakit hot spot.
Para petani padi, baik di sawah pengairan teknis (memiliki irigasi) maupun sawah tadah hujan juga mulai melirik untuk melaksanakan sistem budidaya ikan nila dengan tujuan menambah penghasilan.
Petani padi biasanya memlihara ikan nila bersamaan dengan apdi. Hal ini biasa disebut dengan sistem pemeliharaan “mina padi”
Namun, tidak semua petani sanggup mencicipi sistem pemeliharaan ikan nila dengan cara mina padi.
Pada sistem pertanaman padi secara intensif, budidaya ikan nila di sawah mustahil dilakukan.
Pasalnya, ikan nila akan terganggu atau teracuni akhir pemakaian pestisida.
Sistem mina padi ikan nila dilakukan oleh petani padi yang merupakan sistem pertanian organik, baik yang memakai pestisida organik maupun tanpa pestisida.
Pada pemeliharaan budidaya ikan nila sistem mina padi, biasanya petani menebar benih ikan bawal daripada penanaman padi. Biasanya satu bulan lebih awal.
Pada dikala padi berumur 3 bulan dan siap di panen, ikan nila sudah berumur 4 bulan dan siap panen.
Setiap sistem pemeliharaan mempunyai kekurangan dan kelebihan. Secara umum, pada sistem pemeliharaan terbuka ibarat tambak, kolam air deras, kolam air tawar, dan mina padi sangat berisiko dan rentan terhadap predator.
Hal ini tidak terjadi pada sistem keramab bambu dan budidaya sistem keramba jaring apung.
Dirasa itulah beberapa sistem budidaya ikan nila yang sanggup Anda pilih satu menurut lahan yang tersedia di sekeliling sahabat serta melihata anggaran biaya yang akan kita keluarkan.
Berbagai sumber
Nila sanggup mengikuti keadaan dalam banyak sekali tempat dan lokasi. Budidaya di waduk buatan atau di danau dengan sistem keramba jaring apung (KJA) merupakan yang paling banyak diterapkan oleh petani.
Sementara itu, pemeliharaan ikan nila sebagai ikan konsumsi di sungai umumnya dilakukan dengan sistem keramba bambu.
Di perairan kolam air tawar, ikan nila juga banyak dibudidayakan di kolam air deras, kolam tanah dengan air diam, dan di sawah dengan sistem mina padi.
Sementara di sepanjang garis pantai, umumnya ikan nila ditebar di tambak air payau bekas udang atau ikan bandeng.
Berikut ini beberapa sistem budidaya ikan nila yang dilakukan di banyak sekali tempat, dan sanggup sahabat pilih mana yang merupakan gampang serta sanggup menghemat biaya pemeliharaan.
Sistem Budidaya Ikan Nila
Budidaya Ikan Nila di Keramba Jaring Apung (KJA)
Sistem budidaya ikan nila keramba jaring apung (KJA) merupakan tempat budidaya ikan nila yang paling disukai petani.
Sistem budidaya dilakukan petani di kawasan sekitar waduk atau danau, baik danau buatan maupun danau alami.
Selain memelihara ikan nila, para petani KJA biasanya juga memelihara ikan lain, ibarat karper, bawal, ikan mas, dan ikan gurami.
Kelebihan Budidaya Ikan Nila Sistem KJA
Salah satu kelebiahan Sistem budidaya ikan nila keramba jaring apung (KJA) yakni ketersediaan air sepanjang waktu dan pemanenan yang sangat mudah.
Petani sanggup melaksanakan budidaya setiap dikala dan tidak terganggu dikala ekspresi dominan kemarau.
Selain itu, tidak ada jeda waktu untuk pengeringan dan pengolahan tanah. Pemanenan di sistem KJA juga sangat mudah.
Petani hanya perlu mengangkat jaring dan pribadi mengambil ikan nila yang siap panen untuk dijual.
Setelah ikan nila dipanen, beberapa dikala kemudian petani sudah sanggup menebar benih lagi.
Walau panen biasanya tergantung dari ajakan konsumen terhadap ukuran panen ikan (misal 3 kg/ekor). Pemeliharaannya sanggup mencapai 3 – 8 bulan.
Sistem pemeliharaan di KJA umumnya sama dengan di keramba tanam atau di kolam air tawar. Sistem tersebut mencakup pinjaman pakan, penebaran benih, dan waktu panen.
Kelemahan Budidaya Ikan Nila Sistem KJA
Salah satu kerugian atau kelemahan sistem budidaya ikan nila di KJA yakni risiko kerusakan jaring ibarat jaring sobek yang sanggup meloloskan ikan sehingga petani kehilangan hasil panen.
Risiko budidaya sitem KJA lainnya terjadi wabah penyakit di danau atau wadah tempat KJA, waktu penularan menjadi sangat cepat ke semua lokasi pemeliharaan lainnya.
Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Bambu
Selain budidaya ikan nila di KJA, pemeliharaan ikan nila juga banyak dilakukan di keramba bambu.
Berbeda dengan sistem KJA yang pemeliharaannya dilakukan di danau atau waduk, sistem keramba bambu biasanya dilakukan di sungai atau kali.
Di beberapa sungai, pemeliharaan keramba tanam hanya sanggup dilakukan pada dikala ekspresi dominan kemarau ketika air surut dengan cara dihentikan menenggelamkan keramba.
Jika tenggelam, ikan menjadi kekurangan oksigen dan sulit dikala memperlihatkan pakan.
Banyak petani menjadi budidaya ikan nila sistem keramba bambu hanya sebagai sampingan atau hobi yang menghasilkan keuntungan.
Proses Awal Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Bambu
Pada walnya sistem budidaya ikan nila, petani menciptakan keramba bambu berbentuk kota sesuai kebutuhan. Bahan dasar bambu yang dibenamkan dalam tanah di dasar sungai.
Kedalaman yang ditanam sanggup mencapai 2 meter. Benih ditebar di dalam keramba dan diberi pakan setiap hari.
Keuntungan Budidaya Ikan Nila Sistem Keramba Bambu
Selain ketersediaan air yang selalu ada, laba lain sistem budidaya ikan nila di keramba bambu yakni tidak membutuhkan biaya sewa lahan serta pembuatn keramba relatif gampang dan murah.
Risiko Budidaya Ikan Nila di Keramba Bambu
Salah satu akhirnya kalau memelihara ikan nila di sistem keramba bambu dalah janjkematian alasannya limbah yang dibuang di sungai, penyebaran penyakit yang relatif cepat, dan lolosnya ikan pada keramba yang telah lapuk.
Budidaya Ikan Nila sistem Kolam Air Deras
Sistem budidaya ikan nila air deras terbesar berada di daeraj Jawa Barat, dari kawasan menengah sampai dataran tertinggi.
Selain ikan nila, petani juga biasanya memlihara jenis ikan konsumsi lain, ibarat ikan mas, ikan gurami, karper, ikan bawal, dan ikan patin.
Sitem pemeliharaan ikan nila sistem air deras dinilai lebih intensif dibandingan dengan sistem lain.
Budidaya sistem air deras ini biasanya sudah dibangun secara permanen atau semi permanen yang berfungsi untuk menjaga keawetan kolam, khususnya tanggul, pembuangan air.
Kelebihan Budidaya Ikan Nila Sistem Air Deras
Kelebihan pemeliharaan ikan nila sistem air deras yakni ketersediaan air higienis yang sepanjang waktu.
Sedangkan kelemahannya, kalau ada serangan penyakit akan cepat menyebar lewat pemikiran air.
Perbedaan sistem keramba jaring apung dan keramba tanam dibandingkan dengan kolam air yakni dikala jeda sehabis panen.
Pada kolam air deras, sehabis panen perlu mengeringkan kolam dan mengolah lahan kembali.
Kerena itu, ada perhiasan biaya waktu dibandingkan dengan sistem KJA dan keramba bambu.
Budidaya Ikan Nila Sistem Kolam Tanah Air Tawar
Selain di kolam air deras, sistem budidaya ikan nila juga dilakukan di kolam tanah air tawar atau kolam air diam.
Artinya, ikan nila dipelihara di kolam tanah yang debit airnya sangat sedikit atau kadang tidak ada air mengalir.
Namun, prinsip dalam budidaya masih memakai air yang berada di kolam pemeliharaan.
Kolam air membisu dibentuk dengan cara menggali tanah dengan luas tertentu sampai terbentuk kolam. Kolam air membisu jenisnya tidak permanen ibarat kolam air deras.
Pasalnya, debit airnya sangat sedikit. Kolam peeliharaan dengan air kecil relatif lebih tahan usang dan tidak terlalu merusak tanggul.
Debit air yang kecil berkhasiat untuk mengumpulakn plankton di dalam kolam sehingga membantu substitusi pakan.
Budidaya Ikan Nila di Tambak
Saat ini sistem budidaya ikan nila, juga mulai banyak dibudidayakan di tambak air payau di pesisir pantai.
Tidak hanya di Pulau jawa, pemeliharaan ikan nila di tambak ini banyak dilakukan di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.
Petani yang memelihara di tambak biasanya tidak menciptakan tambak gres untuk budidaya ikan nila, tetapi memanfaatkan tambak bekas pemeliharaan udang atau bandeng.
Maraknya pemanfaatan tambak air payau untuk budidaya ikan nila mulai banyak dilakukan sehabis bisnis budidaya udang dan bandeng mengalami banyak kerugian.
Awalnya, petani menganggap ikan nila liar yang masuk dalam tambak sebagai hama dan memakan anakan bandeng dan udang.
Namun, kini mereka mulai melirik ikan nila sebagai komoditas utama budidaya untuk menggantikan bandengn dan ikan udang.
Kelebihan budidaya ikan nila di tambak air payau menurut uji coba yakni pertumbuhan ikan nila lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila yang dipelihara di air tawar.
Berat ikan nila yang dibudidayakan di tambak air payau dengan memelihara intensif pada umur 2 – 3 bulan sanggup mencapai 200 kg/ekor dengan ukuran 5 – 8 cm.
Sementara itu, untuk mencapai berat yang sama, pemelihara ikan nila di kolam atau danau air tawar membutuhkan waktu sekitar 4 bulan.
Kelemahan Budidaya Ikan Nila Sistem Tambak Air Payau
Salah satu kelemahannya memelihara nila di tambak yakni risiko kadar garam air tambak yang terlampau tinggi.
Jika kadar garam terlalu tinggi (lebih dari 25 ppm), ikan nila tua terkena penyakit hot spot.
Budidaya Ikan Nila Sistem Mina Padi di Sawah
Para petani padi, baik di sawah pengairan teknis (memiliki irigasi) maupun sawah tadah hujan juga mulai melirik untuk melaksanakan sistem budidaya ikan nila dengan tujuan menambah penghasilan.
Petani padi biasanya memlihara ikan nila bersamaan dengan apdi. Hal ini biasa disebut dengan sistem pemeliharaan “mina padi”
Namun, tidak semua petani sanggup mencicipi sistem pemeliharaan ikan nila dengan cara mina padi.
Pada sistem pertanaman padi secara intensif, budidaya ikan nila di sawah mustahil dilakukan.
Pasalnya, ikan nila akan terganggu atau teracuni akhir pemakaian pestisida.
Sistem mina padi ikan nila dilakukan oleh petani padi yang merupakan sistem pertanian organik, baik yang memakai pestisida organik maupun tanpa pestisida.
Pada pemeliharaan budidaya ikan nila sistem mina padi, biasanya petani menebar benih ikan bawal daripada penanaman padi. Biasanya satu bulan lebih awal.
Pada dikala padi berumur 3 bulan dan siap di panen, ikan nila sudah berumur 4 bulan dan siap panen.
Setiap sistem pemeliharaan mempunyai kekurangan dan kelebihan. Secara umum, pada sistem pemeliharaan terbuka ibarat tambak, kolam air deras, kolam air tawar, dan mina padi sangat berisiko dan rentan terhadap predator.
Hal ini tidak terjadi pada sistem keramab bambu dan budidaya sistem keramba jaring apung.
Dirasa itulah beberapa sistem budidaya ikan nila yang sanggup Anda pilih satu menurut lahan yang tersedia di sekeliling sahabat serta melihata anggaran biaya yang akan kita keluarkan.
Berbagai sumber
0 Response to "Sistem Budidaya Ikan Nila Banyak Untung"
Posting Komentar